Hai, Om Kholif apa kabar? Doaku sahabatku yang satu ini selalu bahagia dan dalam keadaan sehat ya?Jangan lupa makan tepat waktu, dunia kadang kejam jadi kita perlu tenaga untuk melaluinya.
Pas Om buka ini. Pasti akan ada sedikit rasa kesel? tapi aku yakin kamu penasaran. Meski presentase tebakanku benar adalah 0,1 %. Aku nulis ini karena, aku sudah gak sanggup menyimpan lagi. Aku capek sendiri, aku sakit sendiri. Maaf jika alay maklum penulis :). Aku memutuskan untuk bilang, karena ada orang yang bilang, "Jika kau mencintai seseorang, maka katakanlah! Jangan pedulikan endingnya, tapi setidaknya setelah kamu bilang kamu tahu langkah apa yang harus kamu ambil dan setidaknya kamu bisa melanjutkan hidup, dan tidak berjalan dengan perasaan penasaran atas jawaban yang kamu tanyakan sendiri." Dari situ aku mikir, memang benar. Mau sampai kapan? Aku menyimpan dan kenyataannya juga bakal nyakitin diri sendiri.
Om, aku gak tahu kapan aku tiba-tiba bisa punya perasaan kayak gini? Aku sendiri juga gak sadar. :) Yang aku ingat jelas, aku sadar aku ngomong sendiri setelah beberapa bulan kamu maen kerumah bareng mantanmu hwahha, ngakak dulu ya aku. Biar gak tegang. Dari situ, aku sadar ada rasa yang aneh. Naif kan? Tapi disitu aku yo sadar, kamu udah punya orang lain dan berusaha jadi orang yang gak punya rasa apa-apa, sampai akhirnya perlahan menghilang. Tapi ternyata, cuma perasaanku saja aku kira perasaan itu hilang. Taunya masih ada, sampai aku denger kabar kau putus, jujur aku gak doain yang jelek kamu putus atau apapun demi Allah gak pernah. Aku pengen awakmu selalu bahagia, dengan siapapun itu.
Kamu tahu gak, hal yang paling aku sukai, kamu mau cerita tentang kisah perjalanan cintamu dari yang sedih hingga bahagia. Aku seneng aja, kamu berbagi. Aku seneng jadi sahabatmu, bisa dengerin semua keluh kesahmu, dan itu hal yang mana buat aku seneng, bahkan harapan konyolku adalah aku bisa jadi tempatmu menuangkan segala resahmu. Walau sederhananya, bisa jadi sahabatmu.
Bahkan, hal paling menyedihkan yang aku rasakan adalah saat kau pernah bilang, pengen nangis tapi gak bisa. Mungkin itu adalah patah hati terbesarmu.
Aku juga gak tau dan kenapa bisa seperti ini, bisa sesayang ini sama kamu. Tapi berusaha, buat gak nunjukin semua itu. Aku takut, pertemanan yang nyaman pun bisa jadi asing dan rusak. Itu pemikiranku dulu, tapi aku berusaha dewasa dan berpikir bahwa menyatakan itu gak salah, dan bisa tetep jadi temen kan? Oh ya, setelah aku bilang ini jangan jadi canggung dan beban pikiranmu ya, aku menyatakan bukan untuk menyusahkanmu aku hanya mempermudah diriku untuk bisa melanjutkan hidupku tanpa perlu bertanya bagaiamana ending perasaanku. Aku gak mau kamu terbebani sama kata-kataku ini. Dan harapanku kita masih bisa tetep temenan kan? :) Seperti biasa tanpa ada canggung di dalamnya, kamu gak usah mikirin ini sekali lagi aku bilang, aku hanya ingin bisa melanjutkan hidupku tanpa adanya rasa penyesalan pada diriku sendiri jika gak ngungkapin.
Maafkan aku ya!! Tahu gak sebelum aku memutuskan ini, aku mikir-mikir lagi, aku takut kamu nganggep aku dan meperlakukan aku kayak midah. Menghindari, bahkan asing. Tapi, setelah aku putuskan aku terima konsekuensinya, dari pada aku terus terpaku dalam rasa penasaran. Tapi, aku harap kita sama-sama bisa dewasa, bisa tetep temenan dan gak asing setelah kejadian ini.
Sekali lagi maaf ya om, aku lancang sayang dan suka. Tapi kalau kamu mikir, aku gak coba mengalihkan perasaan ini ke orang lain, kamu salah. Aku coba dan nyatanya belum bisa. :) Mungkin, mungkin setelah ini semua aku bisa melanjutkan jalanku. Doakan aku sebagai kawanmu ya? :)
Maaf lagi, tapi aku mohon ini tidak mengganggumu. Biar ini jadi urusanku, dan menyelesaikan semua sendiri, inget sekali lagi, aku cuma menyampaikan. Biar aku lega menjalani perjalanan ini. Kayak naik Bus, lewar tol. :) canda dikit.
Makasih ya! Jika memang kamu mau membaca pernyataanku sampai akhir.
#Anggiluki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar